HARI PERTAMA
Tak banyak yang dapat saya sampaikan ketika pertama kali mengikuti literasi bersama OM JAY. bahkan mungkin saya tidak respect setiap kali membaca tulisan yang ada di grup. Isinya hanya tanya jawab dan tulisan receh yang lainnya. Meskipun tulisan saya juga lebih receh lagi. Meskipun demikan saya tetap mengikuti dan terus membaca tulisan tulisan OM JAY di Grup WA.
Ada yang sangat berkesan ketika saya membaca tulisan dari seorang guru berprestasi yang bernama Sigit Suryono, juara Guru Prestasi nasional. Meski saya tidak terlalu mengenal pak Sigit, karena kurangnya literasi, saya tetap saja membaca. Dan Alhamdulillah , saya tergelitik untuk menulis lagi. Namun sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam dalamnya, karena kata- kata beliau, banyak menorehkan bekas yang mendalam, banyak memberi semangat dan motivasi, sehingga saya ingin menulis lagi di blog saya, yang telah skian lama saya anggurkan. Terima kasih juga kepada OM JAY dengan mitosnya untuk selaluMENULIS SETIAP HARI. Terima kasih juga untuk semua
RESUME PERTAMA, KISAH SUKSES GURU BERPRESTASI DARI GUNUNG KIDUL
Mungkin agak aneh, kalau saya menulis resume tidak dimulai dari resume dari kegiatan di hari pertama. Justru tulisan ini saya buat setelah beberapa hari acara diadakan bahkan ketika acara hampir selesai.
Diawali dengan membaca biografi Sigit Suryono, S.Pd, MPd yang mengajar di SMPN 1 Wonosari Gunungkidul, DIY, Indonesia. Seorang anak bangsa yang dilahirkan di desa Ngawen Trihanggo, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Yang barangkali jauh dari keramaian dan hiruk pikuk kota, namun mampu menorehkan nama besar sebagai GURU PRESTASI NASIONAL. Padahal begitu banyak aktivitas yang beliau lakukan, diantaranya sekretaris Komunitas Rumah Belajar Kemdiknas, Ketua MGMP II TIK, Anggota Litbang, Tim Pengembang TIK, san segudan aktivitas yang pastilah sangat menyita waktu.
Bercermin dari seorang Sigit Suryono, saya kemudian melihat diri sendiri. Apa yang sudah saya lakukan untuk diri saya? Apa yang sudah saya lakukan untuk bangsa? Kehidupan hari demi hari saya lewati dengan mengajar. Saya datang, mengajar dan pulang. Hari- hari saya disibukkan dengan mengajar, membuat soal, dan mengisi buku nilai. Adakah yang berarti? semuanya mengalir dan tidak ada gregetnya. Blog yang saya punya pun sudah lama saya anggurkan.
Cerita yang disampaikan sangat menginspirasi saya untuk menulis lagi. Pak Sigit Suryono, sosok guru berprestasi, yang menghasilkan sebuah buku berjudul "Aku ingin menghitung rembulan" pada tahun 2017 dan berhasil menjadi desiminator. Meski demikian masih merasakan, betapa sulitnya membuat karya. Apalagi saya....hehehe 😊
Pak Sigit Sunaryo seorang yang ulet. Meski merasa susah membuat karya, namun tetap selalu menulis dan sering membuat coretan artikel, berita dan juga tutorial yang diupload di web beliau ciget.info dan inobel.id
Lalu bagaimana cerita beliau hingga bisa meraih Guru berprestasi tingkat Nasional 2015? Persiapan dilakukan sejak beliau mengjar di SMP Negeri 1 Wonosari. Tepatnya ketika beliau masih berstatus CPNS. Dengan melakukan rekam jejak dari senior-senior pada saat melakukan simposium yang diikuti semua semua ketua MGMP SMPpropinsi DIY. Banyak teman guru yang ahli dalam penelitian namun tidak ahli dalam TIK dan banyak teman guru yang ahli dalam TIK namun tidak mau melakukan penelitian bahkan malas menulis laporan.
Menurut beliau, pendidikan amat penting ketika akan terjun ke dunia kerja. Pemilihan pendidikan S2 yang tidak linier diperlukan untuk melengkai pendidikan yang ditempuh selama kuliah di S1.
Berawal dari kegiatan mengikuti simposium, hingga menjadi nara sumber berbagai materi TIK, diantaranya powerpoint, flash, blog dan lain- lain dari sekolah sekolah di wilayah kabupaten Gunung Kidul, selanjutnya menjadi trainer di berbagai tingkat kabupaten hingga mulai menjajaki ajang lomba. Apakah langsung menang? Tidak. berbagai karya yang dikirimkan selalu mengalami kegagalan. Namun beliau pantang menyerah dan terus mencari informasi lewat web/blog tentang info lomba. Satu masalah yang tidak boleh diabaikan adalah meski kita menganggap itu adalah karya terbaik kita, namun kita belum tentu MENANG. Mengapa demikian?
Hal yang harus disiapkan ketika akan mengikuti lombatingkat nasional adalah
1. Persiapan yang mantap, kecuali bagi yang masih tahap awal
2. karya yang kita ikutkan dalam lomba, bukan karya yang instan. Ini penting menurut saya. Karena karya yang dibuat dalam waktu yang singkat, hasilnya juga kurang sempurna. Karya yang dibuat pada saat akan lomba akan menghasilkan karya yang tidak maksimal. Buatlah karya jauh hari sebelumnya, bahkan bila perlu, setahun sebelumnya, agar ada ruh dan jiwa kita, semangat kita, melekat dalam karya kita.
3. Jika kita lolos ke tingkat nasional, perlu juga melihat kembali apa yang akan dinilai dalam ajang lomba tersebut, apakah karyanya ataukah presentasinya.
4. Perlu mepersiapkan diri, secara pribadi, mental dan fokus pada lomba
5. Saat presentasi berlangsung, fokus pad materi yang akan kita sampaikan, sehingga tidak sampai keluar dan menyimpang dari presentasi yang disiapkan dan menyita waktu.
Keberhasilan bukan sesuatu yang instan. Kegagalan - kegagalan di awal mengikuti lomba terjadi karena ketika melakukan presentasi banyak keluar jalur bukan pada pokok media atau penelitian yang dibuat. Ketika gagal, maka kita harus melakukan EVALUASI, dan ketika menang kita jangan JUMAWA.
Nah, sangat menginspirasi yah.....masih banyak yang akan saya sampaikan. Dilanjut di tulisan berikutnya....Salam Sukses