Siapa sih
yang ingin lahir dari keluarga miskin? Seandainya diberi pilihan, seorang anak
pasti memilih dilahirkan dari keluarga kaya. Dan kenyataannya, anak yang
terlahir didunia tidak bisa memilih, dia mau dilahirkan dari keluarga mana.
Apakah dari keluarga kaya, ataukah dari keluarga miskin. Anak juga tidak bisa
memilih, dia mau dijadikan apa oleh orang tuanya. Ibarat kertas, dia siap diisi
dengan tulisan apa saja. Dan tulisan itu akan membekas dalam…
Seorang anak
yang dilahirkan dalam sebuah keluarga kaya akan merasa senang karena semua
kebutuhan akan dipenuhi orang tuanya. Sebaliknya , seorang anak yang dilahirkan
dari keluarga miskin, akan merasa sedih karena hampir semua kebutuhan diperoleh
dengan perjuangan dan bersusah payah.
Perjuangan
hidup mulai tampak ketika seorang anak dilahirkan. Dia mulai belajar bernapas
dan beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya. Lingkungan yang pertama kali
dia temui adalah keluarga. Alangkah senangnya seandainya anak dilahirkan dari
keluarga yang mampu, yang kaya, dan penuh kasih sayang. Namun, seringkali
kenyataan tidak sama dengan angan-angan.
Dalam sebuah
keluarga, seringkali kita temui hubungan yang kurang bagus antara orang tua dan
anak. Orangtua yang jarang di rumah, orang tua yang cenderung menghindar dengan
anak dengan alasan kesibukan dan bahkan orang tua yang tidak menegur anak
karena sudah sangat marah dengan perilaku sang anak yang tidak cocok dengan
hatinya. Apapun alasannya, perilaku orangtua akan sangat membekas di lubuk
sanubari sang anak. Seorang anak dapat diibaratkan sebagai kertas putih, dan
orang tualah yang menggores kertas itu. Setiap
perilaku orangtua akan ditiru.
Pentingnya
melibatkan keluarga dalam pendidikan anak, bisa dimulai dari kedekatan hubungan
antara ibu dan anak. Seorang anak yang jauh dari ibu akan cenderung introvert,
mengurung diri dan kurang mau bersosialisasi dengan dunia luar. Dia akan merasa
nyaman dengan diri sendiri , terlihat
pendiam, dan cenderung menghindari kontak mata dengan orang lain ( Psikologi
Jung, 2003 ). Sebaliknya, jika hubungan antara ibu dan anak baik, maka akan
sangat mempengaruhi perkembangan karakter anak.
Pendidikan
karakter sangat diperlukan bagi anak, mengingat sekarang ini begitu banyaknya
pelaku kejahatan yang justru dilakukan
oleh kalangan terpelajar. Ada seorang anak yang menggauli ibunya( http://regional.kompas.com,
19 April 2016 ). Ada seorang anak yang membunuh orangtuanya( http://www.liputan6.com,
6 Juli 2018 ). Dan ada juga seorang anak
yang memukul gurunya (www.pgribojonegoro.org,
12 agustus 2018 ; http://regional.kompas.com,
2 Februari 2018).
Dalam
pendidikan karakter, adalah sangat penting melibatkan keluarga. Banyak cara
yang bisa dilakukan untuk melibatkan keluarga dalam pendidikan karakter anak di
sekolah. Misalnya, ketika mengantar anak berangkat sekolah, orangtua ikut menemani dan
memastikan anak sampai masuk pintu gerbang. Dan pada saat pulang, sekolah tidak
mengijinkan siswa pulang sebelum dijemput oleh orangtuanya. Dengan mengantar ke
sekolah dan menjemput pulang dari sekolah, akan menjadi jembatan bagi orangtua
dan anak dilihat dari sisi emosional. Si anak akan memeluk ayah/ibunya ketika
dalam perjalanan, jika naik sepeda motor. Dan jika naik mobil, minimal akan
terjadi perbincangan ringan antara orang tua dan anak. Orang tua bisa menanyakan,
hari ini kegiatannya apa? Apakah ada ekstra atau nggak? Apakah ada tugas
sekolah yang belum selesai ? Sudah mengerjakan tugas sekolah atau belum? Sudah
makan siang atau belum ? Dan banyak lagi perbincangan ringan yang bisa memaksa
anak untuk bercerita kepada orangtuanya. Jika hal ini dilakukan secara rutin,
akan menjadi pembiasaan. Dan pembiasaan ini akan menjadi “ jalan “ untuk
menjalin kedekatan dan komunikasi antara orangtua dan anak. Kedekatan yang
dialami pada masa ini adalah sangat pendek. Mengapa? Karena setelah anak
dewasa, anak tidak akan berceloteh kepada orangtuanya lagi, melainkan kepada
sahabatnya, dengan pacarnya, dan bahkan celoteh tentang masa depannya.
Sebagai
orangtua, harus pintar mengatur waktu . Menyisihkan waktunya demi sang buah
hati adalah hal wajib dan sangat penting. Orangtua harus siap meluangkan waktu untuk
anaknya. Orangtua harus mau memberi contoh dan dicontoh. Lalu bagaimana dengan
pendidikan anak di sekolah?
Sekolah harus
melibatkan orangtua. Mengapa? Karena orangtualah yang lebih dulu menggores
anak. Ada hubungan batin antara orangtua dan anak. Ada benang merah. Ketika
anak berada di sekolah, apa yang harus dilakukan orangtua? Orang tua harus punya nomor telpon sekolah
yang bisa dihubungi. Minimal, nomor handphone wali kelas atau kepala sekolah.
Bagaimana caranya? Nomor telpon
diberikan ketika ada undangan khusus kepada orangtua. Misalnya, pada saat tahun
ajaran baru, kepala sekolah mengundang semua orangtua untuk datang mengikuti
kegiatan sosialisasi dan pengenalan sekolah. Nah pada saat itu, kepala sekolah
memberikan info nomor handphone yang bisa dihubungi orangtua, berkaitan dengan hal
perijinan tidak masuk sekolah bagi anaknya, atau hal – hal lain yang berkaitan dengan pendidikan anaknya
di sekolah. Dengan demikian, ketika si anak mengikuti kegiatan di sekolah
hingga diluar jam sekolah, orangtua akan merasa tenang, si anak juga merasa
aman, dan kegiatan sekolah berlangsung lancar.
Kemudian,
program sekolah harus jelas, dan disampaikan secara formal ke orang tua. Misalnya, untuk membangun pendidikan karakter
yang religius, siswa kelas 1 wajib khatam 30 jus , siswa kelas 2 wajib hapal jus ke - 30, siswa kelas 3 wajib
hapal jus ke 1 dan 30. Sedangkan bagi
agama lain, menyesuaikan. Setelah sekolah memperbaiki dari sisi akhlaknya,
barulah dari sisi akademisnya. Misalnya, syarat kelulusan, antara lain selalu
mengikuti shalat jumat berjamaah dan shalat dhuhur berjamaah bagi siswa laki – laki
( bisa dibuktikan dengan absensi minimal 75% kehadiran ) . Bagi siswa perempuan
minimal berhijab ketika kegiatan sedang berlangsung. Sedangkan untuk agama lain
menyesuaikan. Boleh juga siswa disyaratkan membuat karya ilmiah untuk menunjang
sisi akademisnya. Nilai akademis penting, tapi akhlak mulia tetap yang utama. Dan
ini dapat digunakan sebagai syarat kelulusan anak di sebuah sekolah.
Disiplin ?
Harus. Anak tetap diharuskan melakukan disiplin melalui pembiasaan sehari –
hari. Misalnya, selalu datang sepuluh menit sebelum bel masuk. Dalam kegiatan
apapun. Anak dibiasakan untuk melakukan kegiatan sepuluh menit lebih awal.
Termasuk sepuluh menit sebelum bel pulang, anak juga dibiasakan melakukan
persiapan pulang. Mengambil sampah yang ada disekitarnya dan persiapan berdoa. Anak
juga harus selalu dibiasakan untuk tertib di kelas. Apakah ada sanksi bagi yang
melanggar? Tidak perlu. Guru sudah cukup memberi contoh melalui perilaku guru
di depan anak. Tidak terlambat masuk kelas, tidak berkata kasar, dan selalu
berempati pada anak didik. Jika memang ada pelanggaran, anak cukup diingatkan. Sudah
tidak jaman lagi , memarahi anak dengan menuding-nuding anak di depan umum.
Karena hal ini akan mengurangi rasa percaya diri anak. Dan itu akan membekas.
Lalu
bagaimana supaya anak jujur dan terbuka dengan prestasi akademiknya? Sebagai
orang tua, harus memahami betul bahwa manusia diciptakan Tuhan, dengan keunikan
masing-masing. Tidak semua anak pandai berenang. Tidak semua anak pandai
berlari. Masing-masing memiliki keunikan sendiri. Ibaratnya, seekor burung
tidak bisa dipaksa pandai berenang. Seekor ikan tidak bisa dipaksa pandai
terbang. Anak jangan dijejali dengan doktrin harus hebat di bidang akademis meskipun
pada kenyataannnya orang tua akan sangat
bangga jika anaknya berprestasi.
Manusiakanlah
manusia. Manusiakanlah anak manusia. Hubungan yang dekat dan komunikasi yang
baik antara orang tua dan anak sangat diperlukan. Menjalin hubungan antara
orang tua dan anak akan sangat mudah dilakukan jika orang tua selalu memaafkan
dan menerima perilaku anak. Jika orangtua menerima ikhtiar anak, maka Tuhan juga menerima dan ridho
dengan ikhtiar anak. Bukankah ridho orangtua juga akan menjadi ridho Tuhan?
Maafkanlah selalu perilaku anak , dan anak akan menjadi pribadi yang pemaaf.Terimalah
setiap ikhtiar yang dilakukan anak dan anak akan menjadi seorang yang memiliki
pribadi yang tangguh, yang kuat menghadapi dan siap menerima tantangan. Anak akan selalu melihat apa yang dilakukan
orang tua, dan akan menjadi panutan bagi anak. Dan jika memang anak dianggap
melakukan kesalahan, alangkah baiknya jika pesan kesalahan anak disampaikan
dengan kalimat positif. Bukankah anak tidak pernah marah jika orangtua
melakukan kesalahan? Maka sebaiknya juga orangtua tidak marah jika anak melakukan
kesalahan. Orang tua harus selalu siap memberikan penjelasan
untuk menanamkan nilai karakter pada anak
Lalu siapa
yang menjadi orangtua bagi anak ketika anak berada di sekolah ? Guru. Yah, guru
adalah orangtua bagi anak ketika anak berada di sekolah. Guru adalah pilar
kehidupan anak ketika berada di sekolah. Karena itu, guru harus siap memberi contoh
dan dicontoh. Guru harus selalu memaafkan anak didiknya. Guru harus selalu “legowo”
dan tidak mendendam. Dan yang terpenting
libatkan selalu orangtua dalam setiap menangani kasus anak.
Adalah tidak
pantas disebut guru, jika guru menghakimi seorang anak dengan kata – kata yang
kurang pantas. Seperti “ culun “, “ congok “, “ goblok”, dan kata – kata sejenis
yang lainnya. Kalimat – kalimat negatif juga tidak boleh keluar dari mulut
seorang guru. Guru harus bisa menahan diri. Guru harus bisa menjaga emosi.
Peluklah anak. Rengkuhlah anak. Sayangilah anak . Ajak bicara . Pahami gaya
belajarnya. Dan yang terpenting,
terimalah pribadi anak apa adanya agar terbentuk watak dan karakter anak masing
– masing sesuai dengan kodratnya.#sahabatkeluarga
Foto - foto kegiatan anak. Orangtua selalu mendampingi.